Di Antara Dua Nafas

Di Antara Dua Nafas
Di kota yang ramai dengan hiruk pikuk manusia, ada seorang pencari yang berjalan tanpa tujuan yang jelas. Hatinya penuh kerinduan, meski ia sendiri tak sepenuhnya mengerti apa yang dirindukannya. Suatu malam, saat bintang-bintang menaburkan cahaya tipis di langit yang pekat, ia duduk di tepi sungai, mendengar gemericik air yang mengalir seperti bisikan rahasia.

Di sana, di tepian yang sama, duduk seorang wanita yang matanya memantulkan kedamaian yang asing baginya. Ia tidak berbicara, namun dalam diamnya ada magnet yang menarik pencari itu. Mereka berdua merasakan ruang hening yang sama di antara dua nafas di mana kata-kata kehilangan arti dan jiwa berbicara dengan bahasa yang lebih dalam dari suara.

Hari demi hari mereka bertemu, dan setiap pertemuan menjadi pelajaran. Pencari belajar menenangkan gejolak hatinya; wanita itu belajar membuka bayangan-bayangan dalam dirinya sendiri. Mereka menari bersama dalam diam, saling melengkapi, dan memahami bahwa cinta bukanlah menguasai, melainkan membebaskan.

Mereka berjalan di padang bunga yang tak berujung, menelusuri gunung dan lembah, dan di setiap langkah mereka menyadari satu kebenaran: jiwa yang mencintai tidak mencari yang lain untuk melengkapi kekosongan, melainkan untuk menemukan dirinya lebih utuh. Dan dalam perjalanan itu, mereka menemukan kedamaian yang tidak bisa digenggam, hanya bisa dirasakan di antara dua nafas.

Pada akhirnya, saat fajar mereka duduk berhadap-hadapan, tangan saling menyentuh, dan dunia seolah berhenti sejenak. Hanya ada ruang di antara dua nafas, di mana mereka menemukan rumah yang tidak dibangun dari batu atau kayu, tetapi dari hati yang menyatu.


Ketika Jiwa Menyatu

Di antara dua nafas kita bertemu,
Tanpa kata, tanpa waktu, hanya jiwa yang tahu.
Kau adalah cahaya, aku adalah bayang,
Bersama menari, tanpa takut hilang.

Di sini, di ruang hening yang abadi,
Cinta tidak menuntut, hanya memberi.
Di antara dua nafas, kita menemukan rumah,
Rumah yang tidak bisa pergi, karena itu adalah kita sendiri.



Kirim