Langit Menangis

Langit Menangis
Di sebuah kota kecil yang sunyi, di tepi sungai yang berliku-liku seperti benang nasib manusia, hiduplah seorang pemuda bernama Nara. Nara bukanlah lelaki biasa; hatinya selalu mendengarkan bisikan alam, dan matanya menatap dunia seolah setiap detik menyimpan rahasia.

Suatu hari, di bawah pohon zaitun yang merunduk, ia bertemu Leyla, seorang perempuan dengan senyum yang bisa menenangkan badai jiwa. Sejak pertemuan itu, Nara merasakan getaran yang tak pernah ia rasakan sebelumnya getaran yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa dirasakan oleh hati yang tahu makna cinta sejati.

Namun cinta mereka diuji. Sungai yang memisahkan desa mereka menjadi saksi jarak dan waktu, sementara badai dan kesedihan datang silih berganti. Nara dan Leyla belajar bahwa cinta bukan hanya tentang bersatu, tapi juga tentang kehilangan, pengorbanan, dan keheningan yang menyatukan jiwa di ruang yang tak terlihat.

Malam-malam mereka diisi dengan doa dan nyanyian batin, di mana langit yang luas seakan menangis bersama mereka. Setiap tetes hujan menjadi saksi kesedihan dan rindu mereka, namun juga cahaya yang menuntun mereka kembali ke dalam diri masing-masing. Cinta mereka menjadi cermin jiwa, tempat di mana waktu berhenti, dan keabadian terasa di setiap helaan napas.

Akhirnya, mereka menyadari bahwa cinta sejati bukan tentang memiliki, tetapi tentang menyatu menjadi bagian dari satu sama lain dan dari seluruh alam semesta. Dan langit, yang selama ini menangis, kini tersenyum, karena kesedihan mereka telah berubah menjadi cahaya yang abadi.


Langit Menangis untuk Kita

Langit menangis,
bukan untuk kehilangan,
tapi untuk jiwa yang menemukan dirinya sendiri
di dalam tatap mata yang lain.

Setiap hujan adalah doa,
setiap tetesnya adalah cinta,
dan kita meski terpisah oleh dunia,
selalu menari di bawah langit yang sama.



Kirim