Melodi Rindu Abadi

Melodi Rindu Abadi
Di tepi danau yang memantulkan cahaya bulan, jiwa-jiwa berjalan mencari sesuatu yang tak pernah benar-benar hilang. Di sana, di antara desiran angin malam dan gemericik air, terdengar nada yang tak terlihat, melodi yang memanggil setiap hati yang rindu.

Seorang pemuda duduk di atas batu yang dingin, matanya menatap bayangan bulan di permukaan air, hatinya bergetar oleh sesuatu yang tak dapat diucapkan. Setiap hembusan napasnya adalah doa, setiap detak jantungnya adalah lagu. Ia mencari bukan wajah, bukan bentuk, tetapi inti yang tak ternama cinta yang menyatukan semua makhluk dalam kesadaran tanpa batas.

Di malam sunyi, bintang-bintang menari seiring suara hati yang terdalam. Suara itu bukan hanya miliknya, tetapi milik setiap jiwa yang pernah terpisah dari sumbernya, yang pernah merasa kehilangan dan rindu. Ia menyadari bahwa rindu bukanlah kekosongan, melainkan jalan menuju kesatuan, dan melodi yang ia dengar adalah panggilan abadi, suara Sang Kekasih yang berbisik:

"Datanglah, jangan takut, aku ada di setiap bisik angin, di setiap gelombang danau, di setiap detak hatimu."

Pemuda itu menutup mata, membiarkan dirinya hanyut dalam arus rindu. Ia menari tanpa gerakan, menyanyi tanpa suara, merasakan bahwa cinta sejati tidak mengenal jarak, tidak mengenal waktu, hanya mengalir seperti air yang memantul tanpa henti. Dan di sana, di tengah sunyi yang penuh cahaya, ia menemukan kebahagiaan yang tak bisa diucapkan, melodi rindu abadi yang menyatu dengan jiwa seluruh alam semesta.


Bayangan Bulan di Hati

Di dalam sunyi, aku mendengarmu,
Di setiap napas, kau hadir tanpa suara.
Rindu ini, gelombang yang tak bertepi,
Menyapu hatiku, menuntunku pulang ke Sumber.

Bukan jarak, bukan waktu, bukan ruang,
Yang memisahkan kita hanya lupa akan suara jiwa.
Aku menari di permukaan danau yang memantulkan cahaya bulan,
Dan di sana, di tengah semua, kau tersenyum padaku.

Melodi rindu abadi,
Menjadi nafasku, menjadi nyanyianku, menjadi jalan pulang.



Kirim