Jejakmu di Setiap Doa

Jejakmu di Setiap Doa
Di sebuah malam yang sunyi, ketika bintang meneteskan cahaya di tepian langit, hatiku merindu pada sesuatu yang tak bisa kulihat namun selalu kurasa. Engkau, yang tak hadir dalam wujud, namun meninggalkan jejak di setiap doa, menari di antara nafasku dan detak jantungku.

Aku berjalan di lorong-lorong sunyi kehidupan, menapaki pasir waktu yang hampa, dan di setiap langkah, aku merasakan hadirmu. Seolah setiap bisikan angin membawakan kabarmu, dan setiap daun yang berguguran adalah surat cinta yang tak pernah berhenti kau tulis untukku.

Aku bertanya pada malam, “Di mana dia?”
Malam menjawab dengan diam, dan aku belajar bahwa cinta yang sejati tak selalu berada di depan mata. Ia ada dalam setiap hela napas, dalam setiap tetes hujan, dalam setiap kerlip bintang yang menuntunku pulang ke hatiku sendiri.

Hari demi hari, aku menemukan bahwa jejakmu bukan sekadar tanda keberadaanmu, melainkan cahaya yang menuntunku memahami diriku sendiri. Dalam doa-doaku, namamu tak pernah kuucap, namun setiap kata, setiap harap, mengarah padamu. Engkau menjadi misteri yang membuat hatiku luas seperti samudra, tak terbatas oleh jarak atau wujud.

Dan suatu saat, aku menyadari: cinta bukan tentang memilikimu, tapi tentang mengenalMu melaluimu. Aku mencintai segala yang telah kau sentuh, karena jejakmu membawa aku dekat pada Tuhan yang Maha Cinta.

Dan malam itu, aku menulis untukmu:


Cahaya Menuntunku Pulang

Jejakmu di setiap doa,
adalah cahaya yang menuntunku pulang.
Aku tak perlu melihatmu,
karena hatiku telah mengenalmu dalam diam.

Di setiap hembusan angin, aku mendengar namamu,
di setiap tetes hujan, aku menyentuh hadirmu.
Cinta kita bukan milikku atau pun milikmu,
tapi milik Sang Pencinta, yang mengalir melalui jiwa kita.

Jejakmu di setiap doa,
adalah jalan menuju abadi,
di mana aku dan engkau,
dan Dia, menjadi satu.


Kirim